Namun makanan khas bangka ini yang digunakan untuk upacara Perang Ketupat tidak mengunakan garam, Kenapa demikian ? karena makanan ini merupakan sesaji permintaan dari makhluk halus yang biasa dilakukan dalam setahun sekali dan harus rutin ada setiap tahunnya dalam adat melayu bangka.
Dalam hal menghidangkan ayam panggang apabila digunakan sebagai lauk pauk untuk makanan keseharian, pesta, atau jualan biasanya dipotong menjadi beberapa bagian sesuai selera untuk pemotongannya. Apabila ayam panggang digunakan untuk sesaji Sedekah Ruwah dengan upacara adat tertentu. Masakan ini ketika untuk upacara adat dalam sesaji Sedekah Ruwah, cara masaknya tidak mengunakan garam, sama seperti sesaji Perang ketupat diatas dan tidak boleh dirasa (dicicipi/dicoba). Tujuannya untuk menghormati penghuni yang berada di darat dan dilaut, Jika makanan ini dicoba maka dianggap sebagai sisa makanan oleh makhluk halus tersebut, dan juga dianggap tidak menghormatinya. Makanan ini diletakkan pada sebuah piring dengan disertai sesajian lainnya.
Pada lain hal ayam panggang untuk sesajian digunakan dalam tradisi upacara sedekah ruwah dan taber kampung dengan tujuan untuk membuang penyakit kulit dan perjinahan. Pada adat upacara tersebut dilakukan sesaji pemberian makanan kepada makhluk halus yang dipercaya bermukim di darat (Penimbogan) dan bermukim dilaut mereka sebut Ngacak. Adat ini mereka lakukan pada waktu pertengahan bulan Sya'ban. Menurut masyarakat disana makanan kesukaan mahluk halus tersebut yang berada di darat dan di laut yaitu ayam panggang, telur, kopi susu, kopi pahit, teh manis, makanan serabi dan rokok daun nipah. Masih banyak lagi sesajen ini digunakan dalam upacara adat meraka seperti khatam Al-Quran, penjalin kehidupan sosial. Nilai budaya yang terkandung dalam pemberian ayam panggang ini bertujuan agar aktivitas dan kehidupan mereka tidak diganggu.
(Tag : tradisi , adat istiadat , belitung , makanan khas belitung )
0 Komentar
Kolom komentar